Kamu Anomaliku. Kujemput kamu di sudut depan jalan tempat (hampir) biasa kita bertemu. Dalam perjalananku, tak sabar kulihat senyum dan tawa riangmu. Andai kamu tahu aku menunggu saat ini sejak seminggu lalu.
Kamu bercerita banyak tentang dirimu, Masa kecilmu, remajamu, hingga dewasamu, Aku yang kau bilang “kaku” ini hanya mendengarkan seperti bocah yang tak sabar ingin dengar dongeng dari ibunya sebelum tidur. Mendengarkanmu hampir di tiap malam membuatku merasa dekat. Padahal bertemu saja belum pernah.
Tapi sayang kamu suka menghilang. Nanti datang, kemudian pergi lg. Dan bilang kamu sengaja, biar aku ingat dan tunggu kamu terus. Begitu katamu.
Kamu pernah bilang sudah letih mencari, Aku mengiyakan. Aku belajar banyak bahwa jangan terlalu berharap. Ekspektasi itu membunuh. Setidaknya itu kesanku pada sebuah pengharapan. Aku tak menuntut banyak pada kamu, pada kita.
Kamu anomaliku, Diluar kebiasaanku. Mengubah pola pikirku bahwa hubungan dewasa tak harus memaksa. Bahwa komitmen tak membuat buta. Bahwa rasa saja cukup untuk kita.
Listening to Dream Theatre – I Walk Beside You